Mendengarkan
musik adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Apalagi jika hati
sedang gundah atau rasa bosan menyerang. Untuk menambah kenikmatannya, headphone bisa perangkat yang sangat membantu. Aktivitas terasa lebih privat dan tidak perlu malu bila ingin memperbesar volume.
Namun, Dokter Spesialis THT, Eriza, Sp.THT berpesan, mendengarkan musik menggunakan headphone juga tidak bisa dilakukan secara berlebihan. Bisa-bisa, katanya, malah menyebabkan gangguan pendengaran.
Peringatan itu, kata Eriza, berasal dari sebuah penelitian di luar negeri. Apabila suara diperdengarkan ke telinga dengan intensitas volume lebih dari 60% level volume pemutar musik itu sendiri dan diperdengarkan lebih dari 60 menit, dapat menyebabkan gangguan pendengaran atau penurunan fungsi pendengaran.
Sebenarnya, dia melanjutkan, ada dua sumber bising (bunyi yang mengganggu), yaitu dari suara okupasi (mesin pabrik) dan suara non-okupasional (bukan dari mesin pabrik). "Salah satu contoh suara non-okupasional yaitu mendengarkan musik dari mp3 player atau pemutar musik lainnya," jelas dokter Eriza kepada Plasadana.com, yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini memaparkan, faktor lain yang juga bisa memengaruhi gangguan pendengaran seseorang saat mendengarkan musik adalah jenis headphone yang digunakan. Umumnya, ada empat jenis headphone yang biasa digunakan di Indonesia.
Pertama, tipe headphone yang sepenuhnya mengelilingi telinga atau biasa disebut tipe circumaural. Headphone tipe ini mampu memberikan banyak isolasi dari luar yang bertujuan untuk meredam kebisingan (noise-canceling headphone) lingkungan yang tidak diinginkan. Dengan begitu, penggunanya dapat mendengarkan musik dengan volume minimum walaupun di lingkungan bising.
Kedua, tipe supra-aural atau dikenal dengan earpad headphone yang memiliki ciri menempel pada permukaan daun telinga, namun tidak sepenuhnya menutupi telinga seperti circumaural. Karena headphone jenis ini hanya menempel pada sebagian daun telinga, maka suara lingkungan tidak dapat benar-benar diredam seperti pada jenis circumaural.
Ketiga, tipe earbud atau earphones yang merupakan salah satu bentuk dari inter aural headphone. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding dua jenis headphone sebelumnya. Jenis ini bisa dikatakan yang terbaik untuk kemudahan portabilitas. Hanya saja, kelemahan earbud adalah tidak pas di telinga dan tidak meredam kebisingan di luar dengan baik.
"Kalau kita berada di tempat ramai seperti mal, maka otomatis kita akan menambah volume suara musik tersebut," jelasnya. "Jadi, headphone jenis ini tidak sebaik dua jenis headphone sebelumnya dalam meredam suara lingkungan."
Terakhir, kata dia, headphone tipe insertphone/canalphone yang cara penggunaannya dengan memasukkan eartip dari headphone ke dalam bagian depan lubang telinga. Fungsinya, untuk memblokir kebisingan.
"Sebenarnya," Eriza menegaskan, "semua jenis headphone itu mempunyai risiko terhadap gangguan pendengaran. Tapi, menurut penelitian di luar negeri, jenis earbuds memang yang paling berisiko,"
Adapun dampak mendengarkan musik menggunakan headphone secara berlebihan, kata dia, dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran seperti risiko sulit menangkap percakapan di background yang ramai (cocktail party deafness). Selain itu, ada juga dampak lain berupa terganggunya fungsi non auditorik (non pendengaran), seperti gangguan tidur, cemas, jantung berdebar dan gangguan konsentrasi.
Untuk itu, dia menyarankan, segera mengubah kebiasaan mendengarkan musik menggunakan headphone secara berlebihan. Sebab, jika tetap dilakukan dalam jangka panjang bisa berisiko terhadap gangguan pendengaran.
Bagaimana kalau sudah mengalami gangguan?
Ini saran Eriza. Berolahraga dan tidak merokok, mengonsumsi vitamin dan mineral, istirahat 24-48 jam dengan tidak menggunakan headphone. Semua itu akan membantu penyembuhan sel rambut rumah siput yang cedera akibat menerima bunyi dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi.
"Sehingga, gangguan pendengaran yang terjadi sifatnya reversible," tukasnya.
Namun, Dokter Spesialis THT, Eriza, Sp.THT berpesan, mendengarkan musik menggunakan headphone juga tidak bisa dilakukan secara berlebihan. Bisa-bisa, katanya, malah menyebabkan gangguan pendengaran.
Peringatan itu, kata Eriza, berasal dari sebuah penelitian di luar negeri. Apabila suara diperdengarkan ke telinga dengan intensitas volume lebih dari 60% level volume pemutar musik itu sendiri dan diperdengarkan lebih dari 60 menit, dapat menyebabkan gangguan pendengaran atau penurunan fungsi pendengaran.
Sebenarnya, dia melanjutkan, ada dua sumber bising (bunyi yang mengganggu), yaitu dari suara okupasi (mesin pabrik) dan suara non-okupasional (bukan dari mesin pabrik). "Salah satu contoh suara non-okupasional yaitu mendengarkan musik dari mp3 player atau pemutar musik lainnya," jelas dokter Eriza kepada Plasadana.com, yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini memaparkan, faktor lain yang juga bisa memengaruhi gangguan pendengaran seseorang saat mendengarkan musik adalah jenis headphone yang digunakan. Umumnya, ada empat jenis headphone yang biasa digunakan di Indonesia.
Pertama, tipe headphone yang sepenuhnya mengelilingi telinga atau biasa disebut tipe circumaural. Headphone tipe ini mampu memberikan banyak isolasi dari luar yang bertujuan untuk meredam kebisingan (noise-canceling headphone) lingkungan yang tidak diinginkan. Dengan begitu, penggunanya dapat mendengarkan musik dengan volume minimum walaupun di lingkungan bising.
Kedua, tipe supra-aural atau dikenal dengan earpad headphone yang memiliki ciri menempel pada permukaan daun telinga, namun tidak sepenuhnya menutupi telinga seperti circumaural. Karena headphone jenis ini hanya menempel pada sebagian daun telinga, maka suara lingkungan tidak dapat benar-benar diredam seperti pada jenis circumaural.
Ketiga, tipe earbud atau earphones yang merupakan salah satu bentuk dari inter aural headphone. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding dua jenis headphone sebelumnya. Jenis ini bisa dikatakan yang terbaik untuk kemudahan portabilitas. Hanya saja, kelemahan earbud adalah tidak pas di telinga dan tidak meredam kebisingan di luar dengan baik.
"Kalau kita berada di tempat ramai seperti mal, maka otomatis kita akan menambah volume suara musik tersebut," jelasnya. "Jadi, headphone jenis ini tidak sebaik dua jenis headphone sebelumnya dalam meredam suara lingkungan."
Terakhir, kata dia, headphone tipe insertphone/canalphone yang cara penggunaannya dengan memasukkan eartip dari headphone ke dalam bagian depan lubang telinga. Fungsinya, untuk memblokir kebisingan.
"Sebenarnya," Eriza menegaskan, "semua jenis headphone itu mempunyai risiko terhadap gangguan pendengaran. Tapi, menurut penelitian di luar negeri, jenis earbuds memang yang paling berisiko,"
Adapun dampak mendengarkan musik menggunakan headphone secara berlebihan, kata dia, dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran seperti risiko sulit menangkap percakapan di background yang ramai (cocktail party deafness). Selain itu, ada juga dampak lain berupa terganggunya fungsi non auditorik (non pendengaran), seperti gangguan tidur, cemas, jantung berdebar dan gangguan konsentrasi.
Untuk itu, dia menyarankan, segera mengubah kebiasaan mendengarkan musik menggunakan headphone secara berlebihan. Sebab, jika tetap dilakukan dalam jangka panjang bisa berisiko terhadap gangguan pendengaran.
Bagaimana kalau sudah mengalami gangguan?
Ini saran Eriza. Berolahraga dan tidak merokok, mengonsumsi vitamin dan mineral, istirahat 24-48 jam dengan tidak menggunakan headphone. Semua itu akan membantu penyembuhan sel rambut rumah siput yang cedera akibat menerima bunyi dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi.
"Sehingga, gangguan pendengaran yang terjadi sifatnya reversible," tukasnya.
0 komentar:
Posting Komentar