sumber: cobadibaca.com http://www.cobadibaca.com/2013/01/cara-membuat-slide-header-di-blog.html#ixzz2yT5HaYef Under Creative Commons License: Attribution

Kamis, 27 Maret 2014

Empati - Mengapa Begitu Penting?


Empati bernilai seperti mata uang, yang memungkinkan kita untuk membuat ikatan kepercayaan, memberikan kita wawasan terhadap apa yang orang lain rasakan atau pikirkan. Empati  membantu kita memahami bagaimana atau mengapa orang lain bereaksi terhadap situasi, mempertajam kepekaan terhadap orang lain dan menginformasikan keputusan kita. Empati juga sangat penting untuk pengembangan kepemimpinan di usia muda, kemandirian, membantu seseorang lebih marketable.

Definisi empati secara formal adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami situasi, perasaan dan motif orang lain. Ini kemampuan kita untuk mengenali masalah orang lain. Empati berarti: "menempatkan diri dalam situasi orang lain" atau "melihat hal-hal melalui mata orang lain".

Ada orang yang secara alami dan konsisten berempati - ini adalah orang-orang yang dapat dengan mudah menjalin hubungan positif dengan orang lain. Mereka adalah orang yang menggunakan empati untuk menimbulkan kepercayaan dan membangun ikatan, mereka adalah katalis yang mampu menciptakan komunitas yang positif untuk kebaikan yang lebih besar. Akan tetapi meskipun empati tidak datang secara alami, saya yakin bahwa kita dapat mengembangkan kemampuan untuk berempati.
Berikut adalah beberapa tips praktis yang mungkin dapat membantu Anda melakukan empati:
  1. Mendengar - benar-benar mendengarkan orang. Mendengar dengan telinga Anda, mata dan hati. Perhatikan bahasa tubuh orang lain, nada suara mereka, dengan emosi yang tersembunyi di balik apa yang mereka katakan kepada Anda, dan konteks pembicaraan.
  2. Jangan memotong pembicaraan . Jangan remehkan keprihatinan teman bicara. Jangan terburu-buru untuk memberikan saran. Jangan mengubah topik pembicaraan. Berikan waktu mereka untuk mengutarakan pikirannya.
  3. Gunakan komunikasi non-verbal. Sembari anda mendengar dengan penuh empati, gunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, dan atau pertahankan kontak mata untuk menyampaikan bahwa anda benar-benar menyimak dan menganggap teman bicara anda penting.
  4. Praktekkan aturan 93%. Kita tahu dari penelitian yang terkenal oleh Profesor Emeriti, Albert Mehrabian dari UCLA, bahwa kata-kata, yakni apa saja yang kita ucapkan hanya 7% diterima orang yang mendengar. Sisanya, 93% pesan yang kita sampaikan saat kita berbicara terkandung dalam nada suara dan bahasa tubuh. Oleh karena itu penting meluangkan waktu untuk memahami bagaimana sikap kita saat berkomunikasi dengan orang lain. Hal sederhana seperti mengerutkan kening atau alis terangkat ketika seseorang menjelaskan sudut pandang mereka dapat mengganggu arus komunikasi kita dengan teman bicara dan membuat kita tampak seolah-olah kita kurang pemahaman.
  5. Sebut nama mereka. Ingatlah nama-nama pasangan dan anak-anak mereka sehingga Anda dapat merujuk pada nama mereka.
  6. Sepenuhnya “hadir” ketika bersama orang lain. Jangan memeriksa email, melirik-lirik ke jam tangan Anda, atau melakukan panggilan dan menjawab panggilan telepon ketika seseorang secara khusus mendekati untuk berbicara dengan Anda.
  7. Memberikan pengakuan dan pujian yang tulus. Perhatikan apa yang orang lakukan dan tangkaplah hal-hal baik apa yang telah mereka lakukan. Jika hal ini terjadi dengan rekan kerja Anda,  berilah pujian yang tulus dengan  sedikit berusaha membuat kata-kata yang berkesan, misalnya: "Anda adalah aset untuk tim ini karena ...."; "Ini pekerjaan yang sungguh berbakat", "Saya sangat menyayangkan jika Anda tidak mengambil kesempatan ini", dan sebagainya.
  8. Tunjukkan minat pribadi terhadap orang lain. Tunjukkan kepada orang-orang bahwa Anda peduli, dan Anda memiliki rasa ingin tahu yang tulus tentang kehidupan mereka. Tanyakan kepada mereka pertanyaan tentang hobi mereka, tantangan mereka, keluarga mereka, aspirasi mereka.
Empati sungguh penting diterapkan dalam hubungan sosial kita sehari-hari, ibarat bumbu pada masakan, kita harus menggunakannya sesuai takaran. Akhirnya, mari memberi empati yang tulus kepada orang lain. (OS)

0 komentar:

Posting Komentar