sumber: cobadibaca.com http://www.cobadibaca.com/2013/01/cara-membuat-slide-header-di-blog.html#ixzz2yT5HaYef Under Creative Commons License: Attribution

Kamis, 27 Maret 2014

Cinta itu Apa? Pencarian Arti dan Esensi Kehidupan

Apa itu cinta? Pertanyaan seperti ini hampir pasti pernah kita tanyakan pada diri kita sendiri. Hal ini sudah terjadi berabad-abad, dimana ada hubungan emosional manusia, disitu pula cinta merekah dan mengukir ceritanya. Setiap orang punya definisi sendiri untuk menjelaskan arti cinta. Anda pun pasti punya definisi sendiri bukan?

Bagi sebagian orang cinta adalah persahabatan. Cinta adalah sesuatu yang memiliki aura positif dan merupakan suatu keberuntungan. Orang yang menemukan cinta atau saling mencintai dalam suatu lingkaran pertemanan adalah orang-orang yang beruntung. Tidak peduli bagaimana Anda mendefinisikan atau merasakannya, cinta adalah kemistri yang abadi dalam sejarah umat manusia.

Jadi apa itu cinta? 
Cinta universal dalam istilah umum lainnya disebut kasih. Mengutip dari 1 Korintus 13, bahwa kasih itu sabar. Ya, kasih membuat kita lebih panjang sabar. Kasih itu murah hati. Ya, ini juga. Hampir dapat dipastikan Anda selalu punya cara yang benar untuk menolong karena didorong oleh kasih.

Kasih itu tidak cemburu. Ha? Sepintas memang, harusnya cemburu ya kan? Tetapi kasih yang tidak cemburu ini memaksudkan hal yang lebih luas – lebih dari kasih romantis antara pria dan wanita, yang justru sering menghadapi kecemburuan. Kasih tidak cemburu ini memaksudkan tidak iri hati atau berprasangka. Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ya, ini jelas. Sifat kasih mencerminkan perlakuan yang bermartabat bagi semua orang.

Selanjutnya, kasih tidak melakukan hal yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

Sekilas dapat kita simpulkan, cinta merupakan esensi kehidupan. Ia melindungi, memelihara mempertahankan dan berharap hal-hal positif dari setiap aspek kehidupan kita.

Darimana datangnya Cinta
Cinta dapat tumbuh diantara dua orang atau lebih. Sebagaimana itu terjadi pada setiap orang. Cinta menjadi pemersatu yang mengikat dan menghubungkan kita dalam satu lingkaran kepercayaan, respek, keakraban dan saling ketergantungan. Hal ini meningkatkan hubungan dan kenyamanan.

Cinta merupakan pengalaman dan perasaan. Meskipun cinta menimbulkan banyak keingintahuan dalam benak kita, belum pernah kita dengar ada orang yang tertarik mengukur kedalaman cinta secara ilmiah. Kedalaman cinta tidak dapat diukur. Mari kita ingat hubungan antara kita dan ibu kita. Ibu mencintai anak tanpa syarat, mungkin ayah pun begitu. Kedalaman cinta tidak dapat diukur, akan tetapi dimensi cinta yang berbeda dapat kita lihat dalam berbagai hubungan manusia.

Cinta dapat dibuat?  Ya, dengan berfokus pada kebaikan orang lain maka cinta akan tumbuh. Jika kita dapat melakukan hal ini, maka bisa mencintai dengan mudah. Mengingat bahwa kita semua memiliki beberapa aspek positif dalam diri kita, kita bisa menumbuhkan cinta bila punya kemauan.

Bentuk-bentuk Cinta
Tergantung pada konteksnya, cinta memiliki bentuk yang berbeda. Ada cinta romantis yang mendalam, intens dan seumur hidup. Bentuk cinta ini dapat ditemukan pada pasangan suami-istri atau mulai dirasakan oleh pria dan wanita yang menjalin hubungan menuju pernikahan.

Ada cinta persaudaraan, yakni hubungan yang terjalin diantara sekelompok orang yang memiliki kekerabatan atau perasaan sepenanggungan. Ini mungkin terjadi dalam satu wilayah, komunitas, klan, profesi dan sebagainya.

Ada cinta tanpa syarat. Ini bisa terjadi diantara hubungan orangtua dan anak, dan bisa juga terjadi dimana saja. Banyak kisah yang menginspirasi kita tentang cinta tanpa syarat ini, misalnya apa yang dilakukan Bunda Theresa di India. Atau mungkin Anda melakukan hal yang bermanfaat bagi orang yang sama sekali belum Anda kenal dan Anda tidak mengharapkan balasan dan kepentingan apapun darinya.

Seringkali cinta tanpa syarat ini kita artikan sebagai cinta yang murni atau tulus, bahkan merujuk pada cinta yang Ilahi.

Penggunaan yang Ambigu
Meskipun cinta memiliki makna yang sangat positif  dalam pemahaman kita, namun istilah yang ambigu juga kita temukan dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan cinta ini. Di satu sisi ada ungkapan “apalah hidup tanpa cinta”, di sisi lain ada ungkapan dramatis “gara-gara cinta hidup menderita”. Kita dapat memaklumi, ini hanya ekspresi galau dari mereka yang suatu ketika dirundung kepedihan. Ungkapan ini dengan jelas sekali menyiratkan bahwa cinta seharusnya mendatangkan hal-hal baik, bukan penderitaan. Namanya juga majas ironi, bukan?

Senada dengan penggunaan ironi di atas, tidak hanya alamat palsu – ada cinta palsu, cinta separuh jiwa, bukan cinta biasa, cinta karet, cinta monyet (sejenis cinta yang dimiliki para pecinta satwa jenis monyet mungkin?), dsb. Begitu banyak eskpresi yang melibatkan kata cinta yang populer dalam komunikasi keseharian kita.

Bila kita kembali ke paragraf ketiga artikel ini, dan kita menggunakan waktu sejenak merenungkan apa itu cinta, mungkin kita akan enggan menyandingkan kata ‘cinta’ dengan kata-kata yang tidak sepadan dengan makna cinta yang indah.

Akan selalu ada bentuk ketidaksepakatan, penolakan, atau masalah yang kita jumpai sepanjang berinteraksi dengan orang lain. Daripada mengkambinghitamkan kata ‘cinta’ lebih baik kita memahami perspektif. Cinta adalah cinta, tak ada tapi benci.

Sekali lagi, apa itu cinta? Sebagian orang mungkin lebih suka menunjukkan cinta lewat perbuatan ketimbang menjelaskannya dengan kata-kata. Akhirnya, karena cinta merupakan topik yang sangat menarik bahkan dalam beberapa disiplin ilmu, maka pada artikel berikutnya kita coba lihat apa itu cinta menurut perspektif mereka.

1 komentar:

  1. makasih gan sudah berbagi ilmu sangat bermanfaat
    sekali ijin sahare gan,,

    BalasHapus