Ketika makanan kita dicerna glukosa mencari jalan masuk ke dalam aliran darah kita. Sel-sel kita menggunakan glukosa sebagai bahan energi dan pertumbuhan. Namun, glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel tanpa adanya insulin. Jadi insulin memungkinkan sel-sel kita untuk mengasup glukosa. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas. Setelah makan, secara otomatis pankreas melepaskan sejumlah insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah ke dalam sel, dan menurunkan tingkat gula darah.
Seseorang yang menderita diabetes mengalami kondisi di mana jumlah glukosa dalam darah terlalu tinggi (hiperglikemia). Hal ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi insulin yang cukup, atau bahkan tidak sanggup menghasilkan insulin lagi, atau sel-selnya tidak lagi merespon dengan baik terhadap pankreas untuk memproduksi insulin. Dengan demikian jumlah glukosa dalam darah menjadi tinggi. Glukosa darah yang berlebihan tersebut akhirnya dikeluarkan dari tubuh bersama urin. Jadi, meskipun darah mengandung banyak glukosa, namun sel-sel tidak mendapatkan asupan energi yang cukup untuk melakukan pertumbuhan.
Mengapa disebut Diabetes Mellitus?
Diabetes berasal dari bahasa Yunani, yang berarti siphon. Aretus dari Kapadokia, seorang dokter Yunani pada abad kedua Masehi. Ia menyebut kondisi diabainein dimana pasien mengeluarkan urin yang berlebihan (poliuria) sama sepeti sebuah siphon. Sedangkan kata "diabetes" adalah kata dalam bahasa Inggris yang diadopsi dari Abad Pertengahan.
Pada 1675 Thomas Willis menambahkan kata mellitus pada istilah tersebut, meskipun lebih sering disebut diabetes saja. Mel dalam bahasa Latin berarti madu; untuk memaksudkan urin dan darah penderita diabetes yang mengandung glukosa yang berlebihan. Jadi, diabetes mellitus berarti kondisi dimana seseorang mengeluarkan urin yang mengandung glukosa tinggi. Pada masa Cina kuno orang pernah mengamati bahwa semut tertarik pada urin orang karena manis. Sehingga muncul istilah penyakit kencing manis.
Penyebab diabetes mellitus sebenarnya bisa dengan berbagai macam cara misalnya:
1. Faktor genetik atau keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita diabetes (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau jenis kelamin. Biasanya pria menjadi penderita, sedangkan wanita sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2.Virus dan bakteri
Virus penyebab diabetes mellitus adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes mellitus.
3. Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
4. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM.
Ada tiga tipe utama diabetes:
• Diabetes Tipe 1 – dimana penderita tidak menghasilkan insulin sama sekali.
• Diabetes Tipe 2 – dimana penderita memproduksi cukup insulin, namun tidak bekerja dengan baik.
• Gestational Diabetes – pada wanita, dimana diabetes terjadi selama masa kehamilan.
Diabetes Tipe 1 dan 2 adalah kondisi medis yang kronis - ini berarti bahwa kedua tipe diabetes ini terjadi terus-menerus. Mengingat diabetes merupakan penyakit kronis maka diperlukan upaya pencegahannya. Sedangkan gestational diabetes hanya berlangsung selama kehamilan, dan akan berhenti sendiri setelah kelahiran anak.
0 komentar:
Posting Komentar